Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial untuk Psikologi: Filsafat Manusia, Sosiologi, dan Antropologi

Friday, March 21, 2014

Theresia Pantini: Pendidik Kuncup Generasi Bangsa

Kecintaan dan pengabdian Theresia Pantini (67) terhadap dunia pendidikan terus menyala pada usianya yang sudah tua. Baginya, usia senja dan masa purnatugas tak menghentikan panggilan hidupnya sebagai seorang guru. Dengan dana pensiunnya, ia mendirikan Taman Kanak-kanak Kuncup Melati Putih di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada 2012.

Atas keprihatinan Theresia terhadap biaya pendidikan yang mahal, ia merintis TK Kuncup Melati Putih tanpa dipungut biaya dan terbuka untuk umum. Selain itu, jika sumbangan pendidikan dan pembangunan (SPP) di TK umumnya Rp 150.000-Rp 250.000 per bulan, TK Kuncup Melati Putih hanya memungut biaya Rp 100.000 per bulan. Bahkan, biaya tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga.

Therasia tergerak untuk mendirikan TK meski selama 12 tahun dia mengajar Sejarah di SMAN 1 Palangkaraya dan 15 tahun menjadi kepala sekolah PNS yang di perbantukan di SMA Santo Petrus Kanisius, Palangkaraya. Baginya, usia 6 tahun kebawah merupakan periode keemasan, sehingga pada saat itu anak-anak perlu dikembangkan secara bebas sesuai dengan minat dan bakatnya.

Berbekal pengalaman menjadi guru dan mengelola sebuah yayasan pendidikan, Theresia bersama dua guru honorer, Novriyanti dan Yulianti, dibantu oleh Kristianto sebagai petugas kebersihan, mendirikan sebuah sekolah dan membina delapan anak pada tahun ajaran 2012/2013 dan 14 anak pada tahun ajaran 2013/2014.

TK Kuncup Melati Putih dapat berdiri atas banyaknya uluran bantuan dari sahabat-sahabat dan para alumni murid-murid Theresia. Sebidang tanah seluas 20 x 30 meter tempat berdirinya TK itu merupakan pemberian dari sahabatnya, Legowo Winarno. Dari tabungan dana pensiunnya, sejak awal 2006 hingga 2011, Theresia membangun dua ruang kelas dan mengisinya dengan bangku serta meja pada tahun 2012. Seiring berjalannya waktu, bantuan finansial dan moril terus berdatangan dari alumni SMAN 1 tahun 1980an.

Theresia bercerita, ia tak pernah menyerah walaupun ia mendapatkan kesulitan dari keluarganya. Pada saat awal hendak mendirikan TK, suaminya, Amandus Subari, menderita strpke pada 2003. Tetapi semua itu bisa ia atasi. Lewat TK, Theresia bisa merangkuh anak-anak yang merupakan kuncup harapan bangsa agar memperoleh kesempatan belajar yang sama meski berasa dari berbagai macam latar belakang keluarga.

No comments:

Post a Comment