Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial untuk Psikologi: Filsafat Manusia, Sosiologi, dan Antropologi

Friday, March 7, 2014

Human Diversities: Historical Linguistics and Cyberspace

Historical Linguistics

Historical linguistics adalah salah satu cabang dari ilmu linguistik yang membanding-bandingkan bahasa yang serumpun, serta mempelajari perkembangan bahasa dari satu masa ke masa dan mengamati bagaimana bahasa-bahasa tersebut mengalami perubahan.


Tugas utamanya adalah menganalisis dan memberikan penjelasan mengenai hakikat perubahan suatu bahasa. Pada umumnya, hakikat suatu bahasa memiliki struktur bahasa (dimensi sinkronis) dan selalu mengalami perubahan bahasa (dimensi diakronis)

Tiap bahasa di dunia dapat dibandingkan karena bahasa-bahasa tersebut memiliki kesemestaan bahasa, yaitu:


  • Kesamaan bentuk dan makna
  • Tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional terkecil, yaitu fonem dan morfem
  • Tiap bahasa memiliki kelas-kelas tertentu

Faktor kemiripan bentuk dan makna yang terjadi dalam bahasa-bahasa dapat terjadi karena:


  • Warisan langsung dari bahasa Proto
  • Pinjaman
  • Kebetulan


Berikut ini adalah contoh dari kajian linguistik historis komporatif
Bahasa Sunda dan bahasa Betawi memiliki hubungan kekerabatan dalam bahasanya, misalnya:
  1. Tuman; dalam bahasa Sunda dan bahasa Betawi, kata tuman memiliki makna yang sama, yaitu "kebiasaan"
  2. Belah; dalam bahasa Sunda, kata belah disebut "ngebeulah" sedangkan dalam bahasa Betawi, kata ini disebut "ngebelah"
  3. Asap; dalam bahasa Sunda, kata ini disebut 'haseup" sedangkan dalam bahasa Betawi, kata ini disebut "asep"
Dari contoh diatas, dalam bahasa Sunda dan bahasa Betawi memiliki kata yang mempunyai makna dan cara penulisan yang sama dan memiliki beberapa kata yang penulisannya berbeda tetapi memiliki makna yang sama. Hal ini menunjukan bahwa bahasa Sunda dan bahasa Betawi memiliki hubungan kekerabatan yang serumpun.

Cyberspace

Cyberspace atau yang biasa disebut dunia maya, merupakan sebuah media elektronik dalam jaringan komputer yang banyak dipakai untuk keperluan komunikasi satu arah atau timbal balik secara online.
Kata "cyberspace" (dari cybernetics dan space) berasal dan pertama kali diperkenalkan oleh penulis novel fiksi ilmiah, William Gibson dalam buku ceritanya, "Burning Chrome", 1982 dan menjadi populer pada novel berikutnya, Neuromancer, 1984 yang menyebutkan bahwa:
Cyberspace. A consensual hallucination experienced daily by
billions of legitimate operators, in every nation, by children being taught mathematical concepts... A graphic representation of data abstracted from the banks of every computer in the human system. Unthinkable complexity. Lines of light ranged in the nonspace of the mind, clusters and constellations of data.
Like city lights, receding.

Perkembangan cyberspace telah mempengaruhi kehidupan sosial pada berbagai tingakatannya, yaitu tingkat individu, antarindividu, dan komunitas.
  • Tingkat Individu
Cyberspace menciptakan perubahan mendasar dalam pemahaman kita tentang diri dan identitas. Struktur cyberspace membuka ruang yang lebar bagi setiap orang untuk secara artifisial menciptakan konsep tentang diri dan identitas. Kekacauan identitas akan mempengaruhi persepsi, pikiran, personalitas, dan gaya hidup setiap orang. Bila setiap orang bisa menjadi siapapun, sama artinya semua orang bisa menjadi beberapa orang yang berbeda pada saat yang sama. Pada akhirnya yang ada dalam cyberspace adalah permainan identitas: identitas baru, identitas palsu, identitas ganda, identitas jamak.

  • Tingkat antar Individu

Hakikat cyberspace sebagai sebagai dunia yang terbentuk oleh jaringan (web) dan hubungan (connection) bukan oleh materi. Kesalingterhubungan dan kesalingbergantungan secara virtual merupakan ciri daricyberspace. Karena hubungan, relasi, dan interaksi sosial di dalam cyberspacebukanlah antarfisik dalam sebuah wilayah atau teritorial, yaitu interaksi sosial yang tidak dilakukan dalam sebuah teritorial yang nyata.

  • Tingkat Komunitas

Pada tingkat komunitas, cyberspace dapat menciptakan satu model komunitas demokratis dan terbuka. Karena komunitas virtual dibangun bukan di dalam teritorial yang konkret, maka persoalan didalamnya adalah persoalan normatif, pengaturan, dan kontrol. Dalam komunitas virtual cyberspace, pemimpin, aturan main, kontrol sosial tersebut tidak berbentuk lembaga, sehingga keberadaannya sangat lemah. Jadi, di dalamnya, seakan-akan “apa pun boleh”.


No comments:

Post a Comment