Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial untuk Psikologi: Filsafat Manusia, Sosiologi, dan Antropologi

Friday, March 21, 2014

Siapa Suruh Datang Ke Jakarta?

Patung Selamat Datang

"Siapa suruh datang Jakarta
Siapa suruh datang Jakarta
Sendiri suka, sendiri rasa
Eh doe.. Sayang..."

Jakarta dari dulu hingga sekarang, selalu saja di datangi oleh ribuan orang dari penjuru Indonesia sebagai tempat untuk mencari kerja dan kehidupan. Gemerlap lampu ibukota bagaikan magnet yang menarik banyak orang untuk mewujudkan mimpi dan mengubah hidupnya.

Masih ingat lagu lama diatas?
Lagu lama ini adalah lagu yang memang cocok untuk orang-orang daerah yang datamg ke Jakarta. Lirik lagu ini tidak bermaksud untuk menyudutkan para pendatang untuk tidak ke Jakarta, tetapi untuk memberi peringatan agar mempersiapkan diri dengan kerasnya kehidupan di ibukota. Mulai dari persiapan fisik, mental, skill, modal, dan nekat. Mengapa demikian? Karena tidak sedikit yang mengatakan bahwa ibukota lebih kejam dari ibu tiri, jadi kita harus mempersiapkan diri kita untuk bergelut di ibukota ini.

Tapi tidak sedikit orang yang mengabaikan persiapan ini. Dengan modal nekat, banyak orang berbondong-bondong membawa keluarga mereka lalu tinggal di kolong jembatan, tinggal di tanah negara hingga membangun rumah-rumah liar. Berawal dari satu, dua orang hingga puluhan keluarga yang tinggal di pemukiman liar ini. Hingga pada saat penggusuran rumah liar, mereka marah tidak mau di gusur hingga menuntut pemerintah untuk mendapatkan ganti rugi. Loh, salah siapa? Siapa suruh datang ke Jakarta tanpa persiapan yang matang!

Para pendatang dari berbagai daerah berbondong-bondong datang ke Jakarta itu disebabkan oleh berkurangnya lahan pekerjaan di desanya, misalnya berbagai lahan persawahan yang di beli oleh orang asing menyebabkan berkurangnya mata pencaharian para petani sehingga mereka memutuskan untuk mencari nafkah di Jakarta. Jadi salah siapa? Tidak sepenuhnya salah mereka! Pemerintah pun harus bertanggung jawab dengan persoalan ini. Seharusnya, pemerintah di Jakarta bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengurangi masalah ini, agar Jakarta tidak sumpek lagi. Dan untuk para pendatang ini pun seharusnya mempersiapkan diri mereka agar tidak hidup luntang-lantung di ibukota.

No comments:

Post a Comment