Semalam saya pergi menemani ayah saya ke sebuah supermarket
yang berada tak jauh dari rumah. Setelah kami berputar-putar untuk membeli
berbagai keperluan, kami mengantri untuk membayar belanjaan kami. Semua kasir
di penuhi dengan antrian yang panjang. Pada saat sedang asyik mengantri,
tiba-tiba datang ibu berkerudung yang ingin menyalip antrian kami, langsung
saya menegurnya untuk antri di belakang saya. Ibu itu malah ngotot bahwa dialah
yang duluan antri. Saya kesal. Jadi, saya terus memepet antrian depan saya agar
tidak di salip oleh ibu itu. Pada saat saya sedang lengah, tiba-tiba antrian
saya disalip oleh ibu berkerudung tersebut, saya langsung meneriakinya “Ngantri
kali, Bu!”, tetapi ibu itu hanya diam saja, pura-pura tidak dengar. Kesal?
Wah.. Saya kesal sekali! Saking kesalnya, saya tabrak saja bokongnya dengan
sengaja. Melihat kejadian itu, ayah saya menyuruh untuk mengalah dan pindah
antrian. Setelah pindah antrian, saya mendapat kasir yang baru dibuka. Lalu
membayar belanjaan kami dan pulang.
Si ibu yang menyerobot antrian saya |
Dari kejadian yang saya alami semalam, itu hanyalah contoh
kecil dari banyaknya kejadian serobot menyerobot antrian. Di Indonesia, hal
ini sudah menjadi hal yang biasa. Siapa sih yang suka menunggu? Apa lagi
pada saat menunggu antrian yang sangat panjang, tapi mau tidak mau kita harus
tetap mengantri, kan? Ironisnya, banyak orang yang ingin mengambil jalan pintas
dengan menyerobot antrian. Tidakkah kita sadar bahwa menyerobot antrian itu sama
saja mengambil hak orang lain? Ya walaupun hal kecil seperti itu tidak akan
diperkarakan oleh Komnas HAM, tapi setidaknya kita harus sadar dari hal-hal
kecil seperti ini tidak boleh disepelekan.
Masih ingat kejadian tragedi rel kereta bintaro 2 yang terjadi beberapa bulan yang lalu? Kejadian yang menyebabkan truk tangki bbm yang di tabrak oleh kereta ini disebabkan oleh kelalaian si supir truk yang menyerobot palang perlintasan kereta. Seandainya si supir truk mau bersabar untuk antri, kejadian itu tidak akan terjadi, kan?
Seharusnya budaya antri di Indonesia lebih ditingkatkan
lagi. Walaupun dianggap sepele, tetapi antri itu merupakan sebuah budaya yang
mencerminkan dari karakteristik sebuah bangsa. Kita harus lebih
menyadari lagi bahwa hal-hal kecil yang selalu dianggap sepele itu bisa menjadi
suatu hal yang besar dan berbahaya. Jadi, mulailah dari hal-hal kecil, mulailah
dari diri sendiri, dan mulailah dari sekarang untuk mencerminkan sebuah budaya
yang baik untuk bangsa kita.
No comments:
Post a Comment