Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial untuk Psikologi: Filsafat Manusia, Sosiologi, dan Antropologi

Saturday, March 8, 2014

Minimnya Budaya Antri

Semalam saya pergi menemani ayah saya ke sebuah supermarket yang berada tak jauh dari rumah. Setelah kami berputar-putar untuk membeli berbagai keperluan, kami mengantri untuk membayar belanjaan kami. Semua kasir di penuhi dengan antrian yang panjang. Pada saat sedang asyik mengantri, tiba-tiba datang ibu berkerudung yang ingin menyalip antrian kami, langsung saya menegurnya untuk antri di belakang saya. Ibu itu malah ngotot bahwa dialah yang duluan antri. Saya kesal. Jadi, saya terus memepet antrian depan saya agar tidak di salip oleh ibu itu. Pada saat saya sedang lengah, tiba-tiba antrian saya disalip oleh ibu berkerudung tersebut, saya langsung meneriakinya “Ngantri kali, Bu!”, tetapi ibu itu hanya diam saja, pura-pura tidak dengar. Kesal? Wah.. Saya kesal sekali! Saking kesalnya, saya tabrak saja bokongnya dengan sengaja. Melihat kejadian itu, ayah saya menyuruh untuk mengalah dan pindah antrian. Setelah pindah antrian, saya mendapat kasir yang baru dibuka. Lalu membayar belanjaan kami dan pulang.

Si ibu yang menyerobot antrian saya
Dari kejadian yang saya alami semalam, itu hanyalah contoh kecil dari banyaknya kejadian serobot menyerobot antrian. Di Indonesia, hal ini sudah menjadi hal yang biasa. Siapa sih yang suka menunggu? Apa lagi pada saat menunggu antrian yang sangat panjang, tapi mau tidak mau kita harus tetap mengantri, kan? Ironisnya, banyak orang yang ingin mengambil jalan pintas dengan menyerobot antrian. Tidakkah kita sadar bahwa menyerobot antrian itu sama saja mengambil hak orang lain? Ya walaupun hal kecil seperti itu tidak akan diperkarakan oleh Komnas HAM, tapi setidaknya kita harus sadar dari hal-hal kecil seperti ini tidak boleh disepelekan.

Masih ingat kejadian tragedi rel kereta bintaro 2 yang terjadi beberapa bulan yang lalu? Kejadian yang menyebabkan truk tangki bbm yang di tabrak oleh kereta ini disebabkan oleh kelalaian si supir truk yang menyerobot palang perlintasan kereta. Seandainya si supir truk mau bersabar untuk antri, kejadian itu tidak akan terjadi, kan?

Seharusnya budaya antri di Indonesia lebih ditingkatkan lagi. Walaupun dianggap sepele, tetapi antri itu merupakan sebuah budaya yang mencerminkan dari karakteristik sebuah bangsa. Kita harus lebih menyadari lagi bahwa hal-hal kecil yang selalu dianggap sepele itu bisa menjadi suatu hal yang besar dan berbahaya. Jadi, mulailah dari hal-hal kecil, mulailah dari diri sendiri, dan mulailah dari sekarang untuk mencerminkan sebuah budaya yang baik untuk bangsa kita.

No comments:

Post a Comment