![]() |
Harry A Poeze |
Harry A Poeze (66) telah dikenal luas karena telah melakukan
penelitian tentang sejarah pergerakan politik Indonesia periode tahun 1900-1945
selama lebih dari separuh hidupnya. Sejarawan berkebangsaan Belanda ini
berpusat pada sosok Tan Malaka, nasionalis dan pemikir keindonesiaan dengan
gelar pahlawan nasional.
Sosoknya
sebagai peneliti diuji pada saat berkeliling Jawa bulan lalu untuk melakukan
promosi buku terbarunya yang berjudul Tan
Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia (Yayasan Obor Indonesia,
2014). Salah satu ujiannya dalam mempromosikan buku ini adalah diskusi yang
seharusnya dilaksanakan di Surabaya terpaksa dibataklan dikarenakan ada
kelompok masyarakat yang menghalangi. Meski sempat risau, Poeze tak mundur.
Dari Surabaya, ia ke kota-kota di Pulau Jawa seperti Kediri, Yogyakarta, hingga
Semarang.
Poeze merasa malu karena ia (sebagai warga asing) yang menulis buku tentang Tan Malaka, karena menurutnya akan lebih baik jika yang menulis seluk beluk tentang Tan Malaka adalah orang Indonesia, karena lebih memahami tentang latar belakang Tan Malaka dan Minangkabau. Tapi juga ada keuntungan untuk peneliti dari negara asing seperti dirinya, karena setiap ke Indonesia ia mendapat perhatian lebih besar terhadap risetnya.
Bagi Poeze
kesulitan dalam awal melakukan penelitian tentang Tan Malaka, pada era orde
baru, Tan Malaka adalah sosok yang dilupakan. Dia diangkat sebagai pahlawan
nasional oleh Presiden Soekarno, tetapi namanya dihapus dari daftar nama
pahlawan nasional dan di buku-buku pelajaran sekolah pun tak disebutkan namanya
sebagai pahlawan nasional.
Poeze tak
pernah lelah melakukan penelitiannya, sikap keilmuwanannya tercermin dari
sikapnya yang tidak berhenti meneliti, walaupun ada banyak kesulitan, Poeze tak
pantang mundur karena ia sangat menyenangi apa yang dilakukannya itu. Dengan
ketekunannya itu, Poeze telah menghasilkan banyak karya tulis yang membuatnya
dikenal sebagai sejarawan sejati.
No comments:
Post a Comment