Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial untuk Psikologi: Filsafat Manusia, Sosiologi, dan Antropologi

Thursday, April 3, 2014

Kampanye = Janji Palsu


Dalam setiap kampanye, janji-janji politik telah menjadi hal yang biasa terjadi, baik menjelang pemilihan kepala desa, camat, bupati, gubernur, calon legislatif, hingga presiden. Sayangnya, janji-janji tersebut sering kali tak sejalan dengan apa yang kelak mereka lakukan.

Di masa kampanye, semua memberi dan semua berdonasi. Para petinggi parpol dan wakil rakyat semuanya bagaikan malaikat yang manis dan dermawan yang berubah dalam satu malam. Sifat mereka perduli dan mengayomi para rakyatnya. Dan ini terjadi saat mereka ada maunya. Suara-suara rakyat kecil hanya diperlukan pada saat pemilu saja.

Fokus mereka semua sama-sama ingin mencapai satu titik, yaitu mencapai titik kemenangan. Janji politik yang sering kita dengar dalam setiap pemilu ternyata hanyalah sebuah janji-janji palsu yang sengaja dikonsep demi kepentingan sesaat.

Setelah kemenangan itu di dapat mereka dapatkan, janji-janji tersebut hanyalah sebuah omong kosong. Mereka semua lebih berfokus untuk menimbun materi untuk kepentingannya sendiri dan golongannya, ya mungkin supaya balik modal setelah mengeluarkan banyak biaya untuk berkampanye?

Realitas yang ada, rasanya sangat jauh melenceng dari janji-janji kampanye. Janji ingin menyejahterakan rakyat, tapi apa nyatanya? Hanya mereka saja yang hidup sejahtera, tetapi rakyatnya tidak. Janji-janji manis para pemimpin, masih adakah pemimpin yang omongannya dapat dipercaya? Yang pastinya, tidak ada orang yang mau di PHP-in, ya bahasa anak jaman sekarang yang kepanjangannya Pemberi Harapan Palsu. Tidak ada orang yang mau diberi harapan palsu. Mungkin kepanjangan PHP yang lebih cocok untuk para petinggi parpol adalah Politik Harapan Palsu.

No comments:

Post a Comment